ULASAN FILM - ZIARAH
ZIARAH (2017)
Menceritakan seorang
Nenek bernama Mbah Sri yang belakangan mengetahui perihal sejarah suaminya
-Pawiro Sahid - yang ikut berjuang pada Agresi Militer Belanda II. Mbah Sri
menyangka salah satu makam di Taman Makam Pahlawan itu tempat suaminya
bersemayam. Hingga seseorang mengisahkan kepadanya sebuah cerita. Makam yang
biasanya ia kunjungi bertulis "Tak Dikenal" itu bukan suaminya.
Pawiro Sahid dikubur di tempat lain yang tak ia ketahui.
Sementara itu, Prapto
(Cucu Mbah Sri) disibukkan dengan meyakinkan calon istrinya tentang kesiapannya
berumah tangga. Tanpa ia ketahui, Mbah Sri meninggalkan rumah tanpa pesan
apa-apa. Mencari jawaban atas cerita akan suaminya. Prapto disibukkan dengan
hal lain. Mencari neneknya sekaligus tanpa sengaja menyibak sejarah Pawiro
Sahid.
Mbah Sri dan
kegigihannya adalah gambaran kesetiaan. Setidaknya ada dua alasan mengapa
beliau begitu nekat berjalan seorang diri mencari keberadaan suaminya. Pertama
adalah ia ingin merasa kebanggaan dalam dirinya sebagai istri seorang tentara
dan pejuang. Jika ia mengetahui makam suaminya, setidaknya itu sebuah
kehormatan untuk dikisahkan kepada anak cucunya bahwa kakek mereka adalah
seorang pahlawan. Kedua, bukti cinta dan kesetiaan, kelak ia ingin
dimakamkan di samping Pawiro Sahid, suaminya.
Namun perjalanan
pencarian makam itu menemukan berbagai cerita. Mbah Sri tidak mengerti apa yang
sebenarnya terjadi dengan suaminya. Beberapa orang yang ditanyai menuturkan
sejarah yang berbeda. Mbah Sri tidak mengerti mana yang benar, mana yang salah.
Sebab di setiap langkah ringkih yang ditapak, bukan kebenaran tentang masa lalu
yang ia inginkan. Beliau hanya ingin mengetahui di mana jasad suaminya
dikebumikan.
Ziarah berjalan seperti
langkah gontai Mbah Sri. Gemetar dan perlahan.Sesekali ada iringan musik yang
menyayat. Bersamaan dengan fakta-fakta baru yang diperoleh Mbah Sri. Ziarah
menuntut kita untuk senantiasa mengawal Mbah Sri menemukan kuburan suaminya.
Beberapa potongan kadang memang acak dan membingungkan. Mungkin itu sebuah
lubang atau sutradara ingin kita bergerak di belakang Mbah Sri menyusuri jalan,
kadang ada batu, kadang ilalang yang tinggi, entahlah.
Ziarah juga menyentil
berbagai aspek kehidupan. Lewat percakapan tokoh-tokohnya, perkara kehidupan
sosial, masalah pribadi, pengorbanan sampai kematian. Melalui simbol yang nyata
dan agak buram. Kalimat yang diucapkan Prapto misalnya, menyentil kehidupan
manusia yang dipenuhi kebisingan dan suara orang lain, hingga tak mampu
mendengar suara kita sendiri.
Batas antara fiksi dan
kenyataan memang tampak kabur dalam Ziarah. Acapkali kita seakan ditampilkan
sebuah adegan dalam film dokumenter. Bagian ketika saksi-saksi membeberkan yang
mereka ketahui tentang Pak Pawiro, itu seperti jalinan cerita nyata yang
menarik. Tentu saja, hal ini disebabkan oleh penampilan jajaran castnya yang
amat natural. Meski tanpa ada nama-nama besar di dalamnya. Mbah Sri yang
berusia hampir satu abad menyuguhkan penampilan yang sangat jujur. Ziarah
sungguh lebih alami dari banyak film Indonesia yang pernah saya saksikan.
BW Purba Negara
menampilkan Ziarah memang tanpa pengaharapan yang tinggi. Walaupun ini adalah
film panjang pertamanya, ia sudah memberikan kesan yang berbeda. Ziarah
berhasil membawa penonton kepada pencarian dan hentakan. Plotnya yang
mengejutkan di bagian akhir menyempurnakan kehampaan yang sedari awal sudah
dibangun. Mbah Sri adalah contoh kesetiaan dan cinta. Bahkan pada akhir
pencarian yang memunculkan harapan, kegetiran tetap saja hadir. Melihat
kenyataan yang ada, apakah kebanggan dan keinginan dikubur di samping suaminya
masih tetap ada? Mbah Sri, setidaknya bunga-bunga yang ia taburkan itu adalah jawabannya.
Komentar
Posting Komentar